
jet tempur milik Angkatan Udara Jerman dikerahkan untuk mencegat sebuah pesawat pengintai milik Rusia di atas Laut Baltik Insiden ini memperlihatkan situasi yang kian tegang di kawasan yang kini dikelilingi oleh negara-negara anggota NATO setelah bergabungnya Swedia dan Finlandia.
Menurut laporan dari surat kabar Jerman Bild, pesawat yang dicegat adalah Ilyushin Il-20M, pesawat pengintai elektronik milik militer Rusia. Kondisi ini memicu alarm dari radar NATO dan membuat jet tempur Jerman segera dikerahkan untuk melakukan identifikasi dan pengawalan.
“Pesawat itu terdeteksi oleh radar NATO saat terbang tanpa kontak radio dari Kaliningrad menuju wilayah udara internasional di dekat Polandia dan Jerman,” tulis Bild, mengutip sumber militer yang dilaporkan oleh Newsweek.
Baca Juga : Klasemen F1 2019 Usai Bottas Menangi GP Australia
Meskipun belum ada pernyataan resmi dari Kementerian Pertahanan Rusia maupun Angkatan Udara Jerman, insiden ini menjadi penanda terbaru dalam rangkaian provokasi udara yang dilakukan oleh pesawat militer Rusia di kawasan Baltik.
Dalam beberapa bulan terakhir, frekuensi pelanggaran udara oleh Rusia meningkat tajam.
Kondisi ini menjadi lebih genting sejak Swedia dan Finlandia resmi bergabung dengan NATO, yang membuat Laut Baltik kini hampir seluruhnya dikelilingi oleh negara-negara anggota aliansi pertahanan tersebut. Situasi geopolitik ini membuat kawasan Baltik dijuluki sebagai “Danau NATO”, sedangkan Kaliningrad, sebagai wilayah kantong Rusia, dinilai sebagai titik rawan eskalasi militer.
Laporan dari lembaga riset konflik Armed Conflict Location & Event Data (ACLED) menambahkan bahwa setelah mereda pada awal 2025, aktivitas hibrida dan provokasi militer Rusia kini kembali meningkat. Dalam laporan yang dikutip Newsweek, ACLED menyebut tindakan tersebut mencakup sabotase yang digagalkan, pembakaran fasilitas penting, serta eskalasi operasi intelijen dan militer di sekitar Laut Baltik.
“Rusia tampaknya tengah meningkatkan tekanan di kawasan sebagai respons terhadap penguatan NATO dan isolasi strategis di Baltik,” tulis ACLED.
Meski belum berujung pada konfrontasi terbuka, eskalasi seperti ini mempertegas pentingnya diplomasi dan kesiapsiagaan militer di wilayah Eropa Timur.
