Air Bah Mengamuk di Utara Kotim: Curah Hujan Tinggi Rendam Puluhan Rumah dan Putuskan Akses Jalan
Inews Muara Teweh– Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) kembali menghadapi ujian berat. Tingginya curah hujan yang tak henti dalam beberapa hari terakhir berujung pada bencana banjir yang menerjang sejumlah desa di wilayah utara pada Kamis (11/9). Air bah yang datang secara tiba-tiba ini tidak hanya merendam permukiman warga dan memutuskan akses jalan, tetapi juga melumpuhkan aktivitas pelayanan publik, termasuk sebuah puskesmas.
Berdasarkan data sementara dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim, setidaknya lima kecamatan menjadi korban amukan alam ini. Kecamatan-kecamatan yang terdampak meliputi Parenggean (Desa Beringin Tunggal dan Bajarau), Antang Kalang (Desa Sungai Hanya), Bukit Santuai (Desa Lunuk Bagantung dan Teweh Hara), Tualan Hulu (Desa Tumbang Mujam dan Merah), serta Telaga Antang.
Beningin Tunggal Jaya: Episentrum Bencana
Meski menyebar di beberapa wilayah, titik terparah dari bencana kali ini berada di Desa Beringin Tunggal Jaya, Kecamatan Parenggean. Gambaran yang disampaikan oleh Multazam, Kepala Pelaksana BPBD Kotim, cukup memprihatinkan.

Baca Juga: Di Tengah Malam Sunyi, Polsek Awang Gelar Patroli KRYD untuk Berikan Rasa Aman
“Data terakhir mencatat banjir paling parah terjadi di Desa Beringin Tunggal Jaya. Jalan desa sepanjang 200–300 meter terendam dengan kedalaman 60–70 sentimeter. Selain itu, 25 rumah di RT 01 terendam dengan ketinggian air mencapai 80–90 sentimeter, dan ruas jalan di RT 01 sepanjang 600 meter juga tergenang dengan kedalaman yang sama,” jelas Multazam.
Kondisi tersebut praktis membuat aktivitas warga terhenti total. Rumah-rumah yang biasanya menjadi tempat bernaung, berubah menjadi kolam. Perabotan rumah tangga, dokumen penting, dan sumber mata pencaharian terancam rusak. Warga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih tinggi atau bertahan di lantai dua rumah mereka.
Fasilitas Publik Lumpuh, Akses Jalan Terputus
Dampak banjir tidak hanya dirasakan oleh sektor permukiman. Fasilitas pelayanan publik juga menjadi korban. Puskesmas Pembantu di Desa Lunuk Bagantung, Kecamatan Bukit Santuai, dilaporkan terendam banjir. Akibatnya, unit kesehatan vital ini tidak dapat beroperasi dan memberikan pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan, termasuk pertolongan pertama bagi korban banjir itu sendiri.
Di Kecamatan Telaga Antang, meski air di desa-desa bantaran Sungai Mentaya mulai surut, bencana susulan muncul. Kekuatan arus air yang deras telah menggerus tanah di bawah jalan penghubung antardesa, menyebabkannya ambles dan terputus. Isolasi ini mempersulit evakuasi, distribusi bantuan, dan memperparah kondisi ekonomi warga yang terpencil.
Penyebab: Curah Hujan Ekstrem dan Kapasitas Sungai yang Terbatas
Multazam menegaskan bahwa pemicu utama bencana ini adalah tingginya intensitas hujan yang terjadi di wilayah utara Kotim. Data dari Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan II pada Rabu (10/9) pukul 18.23 WIB mencatat rekor curah hujan yang sangat tinggi, mencapai 150 milimeter per hari.
“Intensitas hujan yang sangat tinggi inilah yang menyebabkan meluapnya sungai-sungai dan merendam pemukiman serta akses jalan. Alur sungai yang memengaruhi banjir ini berbeda-beda di setiap wilayah, namun karena hujannya sangat deras, cukup banyak wilayah yang akhirnya terdampak,” ujarnya.
Analisis ini mengindikasikan bahwa banjir disebabkan oleh faktor alamiah (curah hujan ekstrem) yang diperparah oleh faktor antropogenik, seperti penyempitan alur sungai, pendangkalan akibat sedimentasi, atau mungkin perubahan tata guna lahan di daerah hulu yang mengurangi daerah resapan air.
Respon dan Langkah Kedepan
Saat ini, tim BPBD Kotim masih melakukan pengecekan lapangan secara intensif dan berkoordinasi dengan pemerintah kecamatan setempat untuk memetakan kebutuhan yang paling mendesak. Prioritas utama adalah mengevakuasi korban yang terjebak, mendirikan posko pengungsian dengan fasilitas kesehatan dan dapur umum, serta mendistribusikan bantuan logistik seperti makanan siap saji, air bersih, selimut, dan obat-obatan.
Kedepan, peristiwa ini harus menjadi pengingat akan kerentanan wilayah utara Kotim terhadap bencana hidrometeorologi. Diperlukan upaya yang lebih sistematis dan berkelanjutan, seperti:
-
Pemetaan Daerah Rawan Banjir: Memperdalam pemetaan wilayah-wilayah yang paling rentan untuk peringatan dini.
-
Normalisasi dan Pemeliharaan Sungai: Melakukan pengerukan sungai (dredging) secara berkala dan membebaskan bantaran sungai dari pemukiman liar.
-
Penghijauan Daerah Hulu: Memperkuat program reboisasi di hulu sungai untuk meningkatkan kemampuan tanah menyerap air.
-
Sistem Peringatan Dini: Memperkuat sistem pemantauan cuaca dan debit air sungai untuk memberikan peringatan lebih cepat kepada warga.
Banjir di Kotim mungkin bukan hal baru, tetapi skalanya yang terus meluas dan intensitasnya yang meningkat dari tahun ke tahun adalah alarm yang tidak boleh diabaikan. Keselamatan ratusan jiwa dan masa depan wilayah utara Kotim bergantung pada langkah nyata dan komitmen bersama antara pemerintah dan masyarakat untuk hidup lebih harmonis dengan alam.